Stres yang Berkelanjutan

 Stres adalah bentuk reaksi pertahanan diri ketika Anda berada dalam situasi yang penuh tekanan. Meski tidak disukai, stres sebenarnya merupakan bagian dari insting primitif manusia untuk menjaga kita tetap aman dan hidup.

Begitu Anda dihadapkan dengan situasi pemicu stres. Misalnya saja presentasi proyek kerjaan minggu depan, tubuh merasakan hal tersebut sebagai bahaya atau ancaman. Untuk melindungi Anda, otak akan mulai memproduksi sejumlah hormon dan senyawa kimia seperti adrenalin, kortisol, dan norepinefrin yang memicu reaksi “fight or flight” dalam tubuh.

Kadangkala, stres dapat memberikan dorongan energi dan peningkatan konsentrasi supaya Anda bisa merespon sumber tekanan secara efektif. Namun lebih seringnya, stres justru membuat otak membanjiri tubuh dengan ketiga hormon tersebut sehingga Anda jadi terus-menerus merasa kalut, cemas, dan gelisah. Pada saat yang sama, darah akan difokuskan mengalir ke bagian-bagian tubuh yang berguna untuk merespon secara fisik seperti kaki dan tangan sehingga fungsi otak menurun. Ini sebabnya banyak orang yang sulit berpikir jernih saat dihantui stres.

Kecemasan adalah reaksi Anda terhadap stres. Familiar dengan sensasi perut mulas, kepala pening, jantung deg-degan, napas terburu-buru, dan keringat dingin saat Anda diliputi kekhawatiran sebelum berbicara di depan umum? Atau saat menunggu dipanggil wawancara kerja? Ini adalah beberapa pertanda bahwa Anda sedang stres dan/atau cemas. Biasanya rentetan gejala ini akan segera reda begitu Anda merasa lega atau menyelesaikan tugas Anda. Artinya tingkat tekanan psikologis yang Anda terima masih cukup “sehat”sehingga Anda masih mampu menangani situasi tersebut dengan tepat.

Cemas menjadi gangguan psikologis kronis ketika Anda terus-terusan dilanda ketakutan  tidak masuk akal atau ketakutan dari segala macam hal yang Anda anggap sebagai ancaman besar, padahal tidak menimbulkan bahaya nyata. Kecemasan adalah gangguan kejiwaan yang diakui oleh dunia medis. Gangguan kecemasan adalah kondisi yang dapat didiagnosis oleh dokter berdasarkan kumpulan gejala yang Anda rasakan secara berkelanjutan.

Hidup dengan gangguan kecemasan membuat Anda tetap terus mengalami stres bahkan setelah peristiwa mengancam itu sudah lama Anda lewati. Dan bahkan ketika Anda tidak dipertemukan dengan pemicu stres apapun, kecemasan itu tetap akan selalu ada di bawah alam sadar — menghantui Anda dengan kegelisahan tanpa henti sepanjang hari. Gangguan kecemasan bisa Anda alami setiap hari dengan penampakan gejala yang amat jelas, seperti fobia sosial, atau datang tiba-tiba tanpa alasan seperti serangan panik atau serangan kecemasan. Ini artinya, gangguan kecemasan tidak harus muncul ke permukaan sebagai tanggapan dari pengalaman/situasi tertentu.

Depresi adalah sebuah penyakit mental yang ditandai dengan memburuknya suasana hati, perasaan, stamina, selera makan, pola tidur, dan tingkat konsentrasi penderitanya. Depresi bukan tanda kelemahan atau cacat karakter. Depresi juga tidak bisa disamakan dengan perasaan sedih atau berduka, yang biasanya akan membaik seiring waktu — walau pada beberapa kasus, depresi bisa dipicu oleh rasa berduka atau stres berat yang berkelanjutan.

Stres dan depresi memengaruhi Anda dengan cara yang sama, tetapi gejala depresi jauh lebih intens dan mewalahkan, dan setidaknya berlangsung selama dua minggu atau lebih. Depresi menyebabkan perubahan drastis dari suasana hati hebat sehingga menimbulkan rasa keputusasaan, nelangsa, dan bahkan ketidakinginan untuk melanjutkan hidup. Depresi adalah salah satu penyakit mental yang paling umum terjadi di masyarakat saat ini. Diperkirakan bahwa satu dari lima orang di dunia dapat mengalami depresi pada tahap tertentu dalam hidup mereka.

Pelepasan hormon adrenalin dan kortisol menyebabkan peningkatan detak jantung, pernapasan lebih cepat, pelebaran pembuluh darah di lengan dan kaki, dan kadar glukosa darah meningkat. Saat stres mulai menghilang, sistem saraf pusat juga yang pertama kali memerintahkan tubuh untuk kembali ke normal.

Pada sistem pernapasan

Stres membuat pernapasan Anda lebih cepat sebagai upaya untuk mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh. Hal ini mungkin tidak masalah bagi banyak orang, tetapi bisa menyebabkan masalah pada orang dengan asma atau emfisema. Napas cepat atau hiperventilasi juga dapat menyebabkan serangan panik.

Pada sistem kardiovaskular

Saat Anda mengalami stres akut (stres dalam waktu singkat, seperti karena terjebak macet di jalan), detak jantung akan meningkat, serta pembuluh darah yang menuju ke otot besar dan jantung akan melebar. Hal ini menyebabkan peningkatan volume darah yang dipompa ke seluruh tubuh dan meningkatkan tekanan darah. Pada saat stres, darah perlu dialirkan dengan cepat ke seluruh tubuh (terutama otak dan hati) untuk membantu menyediakan energi bagi tubuh.

Juga, saat Anda mengalami stres kronis (stres dalam jangka waktu lama), detak jantung Anda akan meningkat secara konsisten. Tekanan darah dan kadar hormon stres  juga akan meningkat secara berkelanjutan. Sehingga, stres kronis dapat meningkatkan risiko Anda terkena hipertensi , serangan jantung, atau stroke.

Pada sistem pencernaan

Saat stres, peningkatan detak jantung dan pernapasan dapat mengganggu sistem pencernaan Anda. Anda mungkin akan makan lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya. Risiko Anda mengalami heartburn, refluks asam, mual, muntah , atau sakit perut   juga meningkat. Stres juga dapat memengaruhi pergerakan makanan dalam usus Anda, sehingga Anda bisa mengalami diare atau sembelit .

Pada sistem otot rangka

Otot-otot Anda akan menegang saat stres dan kemudian akan kembali normal lagi saat Anda sudah tenang. Namun, jika Anda mengalami stres yang berkelanjutan, maka otot Anda tidak mempunyai waktu untuk rileks. Sehingga, otot-otot yang tegang ini akan mengakibatkan Anda mengalami sakit kepala, nyeri punggung, serta nyeri di seluruh tubuh.

Pada sistem reproduksi

Stres juga berpengaruh pada gairah seksual Anda. Mungkin gairah seksual Anda akan menurun saat Anda sedang mengalami stres kronis. Namun, pria lebih banyak menghasilkan hormon testosteron selama stres, yang dapat meningkatkan gairah seksual dalam jangka pendek. Jika stres berlangsung dalam waktu lama, kadar hormon testosteron pria akan mulai menurun. Hal ini dapat mengganggu produksi sperma, yang akan menyebabkan disfungsi ereksi /impotensi.

Sedangkan, pada wanita, stres dapat memengaruhi siklus menstruasi. Saat stres, Anda mungkin mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, tidak mengalami menstruasi sama sekali, atau mengalami menstruasi yang lebih berat.

Pada sistem imun

Saat Anda stres, tubuh merangsang sistem kekebalan tubuh untuk bekerja. Jika stres yang Anda rasakan bersifat sementara, ini akan membantu tubuh Anda dalam mencegah infeksi dan penyembuhan luka. Namun, jika stres terjadi dalam waktu lama, maka tubuh akan melepaskan hormon kortisol yang akan menghambat pelepasan histamin dan respon peradangan untuk melawan zat asing. Sehingga, orang yang mengalami stres kronis akan lebih rentan untuk terkena penyakit, seperti influenza , flu biasa, atau penyakit infeksi lainnya. Stres kronis juga membuat Anda lebih lama untuk sembuh dari sakit atau cedera.

6 tanda bahwa Anda berada di bawah tekanan stres terus-menerus hingga tak menyadarinya.

1. Sering menggertakkan gigi

Penyebab terbesar menggertakan gigi adalah stres. Anda mungkin pernah tak sengaja menggigit atau mengatupkan gigi.Salah satu tanda bahwa Anda melakukan kebiasaan ini adalah rahang yang sakit keesokan paginya. Anda mungkin juga memperhatikan bahwa gigi Anda terlihat lebih pendek dari biasanya.


2. Rambut rontok lebih banyak

Rambut rontok yang lebih banyak bisa jadi tanda stres. Gejolak emosi dapat mengganggu fase pertumbuhan siklus rambut. Hal inilah yang membuat rambut Anda rontok berlebihan. Jadi Anda mungkin mengalami kerontokan rambut 6-12 minggu setelah peristiwa yang membuat stres.

3. Bintik atau bercak merah di muka

Jika Anda tidak menderita alergi tetapi masih berjerawat, Anda mungkin mengalami masalah emosional. Anda mungkin juga akan memiliki bintik-bintik merah di mulut karena stres.

Anda mungkin sangat terpengaruh secara emosional sehingga tubuh Anda melepaskan beberapa bahan kimia yang mengubah respons tubuh Anda terhadap fungsi lainnya.

4. Mata berkedut sepanjang waktu

Stres bisa memberikan sinyal yang tidak biasa ke otak dan otot wajah. Akibatnya, mata Anda berkedut tak terkendali. Dalam beberapa kasus, kedutan berlangsung selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.

5. Selalu berkeringat

Berkeringat terjadi karena berbagai penyebab, yakni olahraga, demam tinggi dan otak yang mendeteksi ancaman. Bila Anda terus-menerus berkeringat, itu mungkin pertanda bahwa Anda terlalu cemas.

Tubuh kita perlu mengeluarkan semua air melalui kulit dan melalui ginjal agar tidak sering buang air kecil di malam hari.

6. Mulut kering

Jika Anda terus-menerus haus dan tidak makan apa pun yang asin, bisa jadi ini masalah kesehatan emosional Anda. Periode stres yang berkepanjangan bisa memblokir kelenjar ludah, sehingga membuat mulut kering dan kesulitan menelan karena dehidrasi



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Macam macam warna urine

covid

Mata Bengkak